Menanamkan Ibadah Berkesadaran Lingkungan: Ujian Ma’had Bidang Ibadah Berbasis Teoantropoekosentris

Ma’had Al-Jami’ah menyelenggarakan Ujian Ma’had Bidang Ibadah Semester Ganjil Tahun Akademik 2025/2026 pada Kamis, 25 Desember 2025, mulai pukul 08.00 WIB hingga selesai. Kegiatan ini dilaksanakan secara langsung di lingkungan Ma’had Al-Jami’ah dengan melibatkan seluruh mahasantri dan mahasantriah sebagai peserta ujian.

Ujian bidang ibadah ini dilaksanakan oleh Musyrif dan Musyrifah Ma’had Al-Jami’ah sebagai bentuk evaluasi komprehensif terhadap pemahaman dan praktik ibadah mahasantri/ah selama satu semester. Materi ujian meliputi praktik wudhu, shalat Subuh, dzikir, serta doa setelah shalat yang dinilai secara langsung berdasarkan ketepatan rukun, syarat, bacaan, dan adab ibadah.

Pada praktik shalat Subuh, mahasantri/ah diuji mulai dari niat, ketepatan bacaan surah dan doa, kesesuaian gerakan dengan tuntunan fikih, hingga kekhusyukan dalam pelaksanaan shalat. Aspek kedisiplinan serta adab sebelum dan sesudah shalat juga menjadi bagian dari penilaian, guna membentuk karakter mahasantri/ah yang tertib, khusyuk, dan bertanggung jawab dalam beribadah.

Sementara itu, pada dzikir dan doa setelah shalat, mahasantri/ah diminta mempraktikkan dzikir wajib dan sunnah, seperti istighfar, tasbih, tahmid, dan takbir, dilanjutkan dengan doa-doa ma’tsurat yang umum diamalkan setelah shalat fardhu. Penilaian tidak hanya berfokus pada hafalan lafaz, tetapi juga pada ketertiban, adab, serta pemahaman makna dzikir dan doa sebagai bentuk internalisasi nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Menariknya, pada praktik wudhu, Ma’had Al-Jami’ah menerapkan konsep “wudhu tiga gayung” sebagai implementasi nilai Teoantropoekosentris, yakni integrasi kesadaran ketuhanan (teosentris), kemanusiaan (antroposentris), dan kepedulian terhadap lingkungan (ekosentris). Konsep ini bertujuan menanamkan sikap bijak dalam penggunaan air sebagai sumber daya alam yang harus dijaga dan dimanfaatkan secara bertanggung jawab.

Kepala UPT Ma’had Al-Jami’ah, Ustadzah Sylvia Kurnia Ritonga, Lc., M.Sy. dalam tanggapannya menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan ujian yang tidak hanya menilai aspek ritual, tetapi juga membangun kesadaran nilai yang lebih luas.

“Ujian Ma’had ini bukan sekadar menguji kemampuan teknis ibadah mahasantri/ah, tetapi juga menanamkan nilai kesadaran spiritual, sosial, dan ekologis. Konsep wudhu tiga gayung adalah bentuk pendidikan karakter agar mahasantri/ah terbiasa beribadah dengan penuh tanggung jawab, tidak berlebihan, serta peduli terhadap lingkungan. Inilah ruh dari Ma’had Al-Jami’ah sebagai pusat pembinaan keislaman dan kepribadian mahasantri/ah,” ujar beliau.

Melalui ujian ini, Ma’had Al-Jami’ah berharap mahasantri/ah tidak hanya mampu melaksanakan ibadah secara benar, tetapi juga menghayati makna ibadah dalam kehidupan sehari-hari, sejalan dengan nilai moderasi beragama dan kepedulian terhadap keberlanjutan lingkungan.