AKURASI FATHERLESS DI INDONESIA.-BAGAIMANA KETIADAAN AYAH BSIA MEMBUAT ANAK MUDA TERJERAT KASUS PACARAN.
pendahuluan.
Fenomena fatherless adalah kondisi dimana anak tumbuh tanpa adanya kehadiran figur/peranan ayah yang aktif dalam rumah tangga,membuat tangki cinta beberapa anak tidak terisi sepenuhnya.Pembahasan ini sering di bahas dalam studi sosial termasuk keagamaan. Perubahan struktur keluarga contohnya perceraian, migrasi tenaga kerja, faktor ekonomi,menciptakan akurasi fatherless yang tinggi,sehingga anak mengalami kurangnya pengasuhan ayah.
Di dalam artikel ini,akan di ulas hubungan antara fenomena fatherless dan kecenderungan anak muda terjerat dalam pola pacaran yang beresiko, membahas faktor, resiko/dampak,dan saran untuk keluarga dan komunitas.
APA ITU FATHERLESS DAN MENGAPA PENTING UNTUK MENGULASNYA ?
fatherless bukan sekedar ketiadaan biologis/secara fisik,tetapi ia mencakup ketidakhadiran emosional,kurangnya pengawasan, atau peran ayah yang minim dalam pendampingan dan pendidikan nilai. seperti yang kita ketahui, peran seorang ayah berfungsi sebagai pemimpin kepala rumah tangga, role model atau teladan bagi anak-anaknya,serta pemberi batasan. Ketika peran ini lemah ataupun kosong, anak-anak beresiko memperoleh informasi dan mencontoh perilaku yang bahkan senonoh dari sumber lain yang belum tentu benar,dan sehat. Ini resiko karena tidak adanya pengasuhan,khususnya dalam masalah keselektifan.
PENYEBAB FATHERLESS DI INDONESIA .
•mobilitas kerja dan migrasi: banyak ayah yang bekrja jauh dari rumah atau di perantauan,menyebabkan jarak emosional.
•perceraian dan keluarga terpisah: perceraian/hubungan rumah tangga yang retak meninggal kan anak tanpa adanya figur ayah/ibu.
•ketiadaan peran aktif: ada ayah yang secara fisik hadir,namun tidak terlibat secara emosional atau di dalam pengasuhan.
•krisis ekonomi/faktor kematian: menyebabkan salah satu orang tua menjadi single parent.
MENGAPA FATHERLESS DAPAT MENINGKATKAN RESIKO ANAK MUDA TERJERAT PACARAN.
- Kebutuhan afeksi dan validasi,anak yang merasa kurang di perhatikan cenderung mencari perhatian/keintiman dari luar rumah. Pacaran adalah jalan pintas untuk mendapatkan pengakuan,cinta,dan rasa di terima.
- Kesehatan mental/self esteem: rasa tidak kehilangan,minder akibat ketiadaan figur ayah yang bisa mendorong perilaku pencaharian perhatian yang impulsif,termasuk nekat menjalin hubungan romantis tanpa adanya kesiapan.
- Rentan terhadap pengaruh teman dan media:kekosongan pengajaran nilai membuat remaja lebih mudah di pengaruhi teman sebaya,fomo terhadap trend medsos,atau penormalisasian pacaran dari budaya top yang menganggap pacaran adalah standar kedewasaan.
- kurangnya batasan dan pengawasan. Tanpa figur otoritatif yang mengawasi dan memberi batasan sehat,remaja lebih bebas mengambil keputusan tanpa panduan, alias tidak berfikir panjang,dan asal mengambil keputusan sembarangan,contoh keputusannya yakni pacaran dini hingga sampai ke hubungan seksual. DAMPAK PACARAN DINI DAN PACARAN BERESIKO PADA ANAK MUDA.
•Dampak pendidikan:turunnya kefokusan belajar,hingga putus sekolah karena kasus² ekstreem
•Kesehatan Reproduksi: Risiko kehamilan remaja, penularan infeksi menular seksual,contohnya : AIDS, dan HIV
•Trauma Psikologis: Putus cinta, kekerasan dalam pacaran (terjebak dalam toxic relationship),serta beban emosional
•Sosial ekonomi: Kehamilan di luar nikah,tanggung jawab karena kasus ini dapat menjerumuskan keluarga ke kesulitan ekonomi,belum lagi korban anak yang menikah di usia dini belum memiliki finansial yang stabil,alhasil pernikahan dini seperti ini dapat meningkatkan akurasi kemiskinan di Indonesia.
REKOMENDASI PRAKTIS YANG BISA DI LAKUKAN
untuk orang tua ( ibu dan ayah).
- Tingkatkan komunikasi : sediakan waktu berkualitas untuk anak (Quality time untuk deep talk), dengarkan mereka tanpa takut adanya rasa penghakiman
•Jelaskan batasan dan nilai sejak dini: Bicara tentang bagaiman hubungan yang sehat,persetujuan,dan akibat tindakan.
•Melibatkan figur pengganti bila perlu: contohnya guru,mentor bisa menjadi pembimbing.
•Perkuat peran ayah: Bila ayah jauh secara fisik,pergunakan teknologi seperti video call tuk membangun komunikasi yang dapat menghadirkan rasa emosional antara anak dan ayahnya.
UNTUK SEKOLAH DAN LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN
•Pendidikan seksual dan emosional yang komprehensif: mengajarkan arti tanggung jawab,batasan,serta resiko hubungan di usia remaja
•Program mentoring dan konseling: Mengakomodasi para remaja dengan menghadirkan konselor yang ramah trhdp remaja dan program pendamping sebaya.
•Keterlibatan orangtua: Program belajar parenting untuk membantu keluarga dan calon keluarga membangun pola asuh sehat,khususnya bagi orang yang akan menikah,edukasi ini sangat penting sekali.
UNTUK MASYARAKAT
•Kampanye nilai: Edukasi publik tentang pentingnya peran ayah serta resiko pacaran dini,disampaikan secara sensitif dan kontekstual
•Wadah Aktivitas Positif: Ekstrakulikuler,kegiatan produktif lainnya yang membangun kapasitas sosial dan moral para remaja- remaja.
KESIMPULAN
Fenomena fatherless berdampak luas pada perilaku sosial dan proses perkembangan anak muda,ketiadaan figur ayah meningkatkan kecenderungan remaja mencari afeksi dan validasi melalui pacaran,yang mana jika tanpa bekal nilai,dan pengawasan dapat beresiko menjerumuskan mereka pada berbagai aspek kehidupan yang sangat penting,yakni pendidikan,kesehatan dan psikologis.Solusi terbaik adalah kolaborasi pendekatan keluarga,sekolah,masyarakat,serta kebijakan publik.
Penulis artikel : Annisa Hanif